Jumat, 24 April 2009

aku jatuh lagi

Aku tak peduli bila orang lain yang curiga.
Aku tak ambil pusing pertanyaan orang lain.
Bagiku, orang lain cukup tidak mengerti saja.

Namun, menyesakkan sekali bila pasanganku sendiri tidak memercayaiku.
Entah bagaimana lagi caraku untuk meyakinkannya, bahwa aku sama mengharapkannya seperti dia.
Anak kami.
Hatiku mulai lelah.
Lelah sekali berharap sesuatu yang tak kunjung hadir.
Lelah sekali menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Berada di tengah-tengah perbincangan-perbincangan itu.
Lelah sekali dinilai macam-macam.
Lelah untuk meyakinkan pasanganku bahwa perasaan kami sama.
Lelah membuka matanya untuk mengerti bahwa aku butuh pelarian, sama seperti dirinya.

Setiap pundi-pundi yang kuhasilkan selain untuk ibadah,
kuniatkan untuk membantuku meraih impian itu.
Sudah lama padam api ambisiku untuk mengejar karir yang tak ada habisnya.
Sudah lama kupendam keinginanku untuk menghabiskan banyak waktu bekerja untuk orang lain.
Satu-satu. Semua ada waktunya. Kini waktuku untuk benar-benar mendambakan anak.
Mengapa tidak ada yang percaya?
Mengapa dia tidak percaya?

Semoga Allah memberiku kekuatan untuk terus bertahan.
Aku hidup hanya untuk-Nya.
Kuyakin, inilah jalanku untuk menjadi kekasih-Nya.
Kuyakin, Dia hanya ingin yang terbaik bagiku, karena Dia menyayangiku.
Semua yang terbaik tidak datang cepat bagiku.
Bila kurunut hidupku, dulu begitu kudambakan pasangan hidup yang terbaik bagiku.
Lama kumenanti hingga akhirnya doaku dikabulkan-Nya.
Pasanganku adalah yang terbaik bagiku.
Pasanganku adalah jodohku dunia akhirat, insya Allah.

Semoga pasanganku juga mengerti bahwa aku selalu menginginkan yang terbaik baginya.
Bagiku, membuatnya bahagia adalah segala-galanya.
Semoga Allah mencukupkan umurku untuk merasakan bahagianya menjadi seorang bunda.