Sabtu, 13 Juni 2009

Anakku, Azzahra



Sayang, Bunda tahu kita belum pernah bertemu,

namun Bunda rasakan kehadiranmu membawa bahagia.

Walau singkat kau menyatu di dalam raga dan jiwa Bunda,

namun Bunda akan tetap menyayangimu sampai kapan pun.


Sayang, kau harus mengerti betapa Ayah dan Bunda ingin bertemu denganmu,

Memberimu kasih sayang dan menunjukkan indahnya dunia ini.

Betapa kami merindukanmu jauh sebelum kau hadir,

Betapa kami sangat mencintaimu bahkan sampai kau tak hadir lagi.


Anakku Azzahra sayang,

Walau berat rasanya kami harus melepasmu,

Harus merelakanmu pergi,

Namun kami yakin inilah yang terbaik untuk kita bertiga.

Bunda yakin, suatu saat nanti akan datang penggantimu yang jauh lebih baik.

Insya Allah.

Walau demikian, cinta Bunda kepadamu takkan pernah pudar.

Bunda akan selalu mengingatmu, mengenangmu.

Ayah dan Bunda ikhlaskan kau pergi, Sayang.


Anakku Azzahra, yang pernah menjadi bagian dari hidupku selama lima minggu.

Lima minggu terindah dalam hidup Bunda.

Maafkan Bunda bila tidak bisa melindungi dan merawatmu.

Bunda bersyukur tak terhingga atas karunia-Nya.

Bunda bersyukur kau pernah ada dalam kehidupanku, Sayang.


Anakku Azzahra,

Ayah dan Bunda sangat menyayangimu, Sayang.

Semoga suatu saat kita bisa berjumpa lagi.


Kami yang selalu mencintaimu,

Ayah dan Bunda.

Selasa, 09 Juni 2009

dramatic..

8 Juni 2009 adalah hari bahagia buat kami. Untuk pertama kalinya, setelah bolak-balik dokter untuk mengecek apakah aku benar-benar positif hamil, setelah lebih dari lima test pack kupakai menunjukkan 2 garis, setelah terlambat haid sekitar 3 minggu, akhirnya dokter menyatakan aku hamil.

Alhamdulillah.

Tampak jelas kantung janin yang seminggu lalu sempat diragukan keberadaannya. Hari itu, semua begitu jelas. Dokter pun menjelaskan panjang lebar nutrisi yang sehat untuk bayiku kelak. Dua minggu lagi kami berjanji untuk bertemu, diharapkan sudah ada janin yang mulai mengisi kantungnya nanti.

Seperti tak percaya, penantian kami setelah hampir 5 tahun akhirnya datang juga. Masih di tax, buru-buru kutelefon suamiku yang ternyata sedang menunggu taxi kembali ke kantornya. “Hei, ini aku baru habis dari rumah sakit lagi”. Dia heran, karena memang sengaja paginya aku tidak pamit, bosan juga sering-sering ke rumah sakit. “Ngapain di rumah sakit?” tanyanya. “Abis liat our baby.”

Hening.

“Beneran mbi?”

“Iya, baru 4-5 mingguan sih..tapi dah keliatan nih sekarang.”

Malam itu tak sabar kusambut kedatangan suamiku pulang kantor untuk kutunjukkan foto hasil USG. Dilihatnya dengan seksama. Kuberi dia selamat, “Selamat ya Yah, insya Allah kita akan jadi orang tua.” Wajahnya menunjukkan ketidakpercayaannya. Wajar, kami nyaris patah arang. Justru disaat aku tidak menduga-duganya, tidak mengikuti program dokter sama-sekali, sedang sibuk-sibuknya, aku malah hamil.

Sejak sebelum bertemu dokter, aku sudah sempat shock karena seperti keluar flek coklat. Dokter bilang itu mungkin pengaruh implantasi yang ‘membobol’ rahim supaya mencari posisi yang nyaman bagi janin kelak.

Malam itu flek-flekku masih keluar. Kuberi penjelasan dokter tadi ke suamiku, wajahnya mendadak khawatir. Tapi kebahagiaan kami seakan enggan untuk diinterupsi malam itu.

9 Juni 2009

Pagi aku bangun dengan persinggahan pertama kamar mandi, seperti biasa. Kaget luar biasa, mendapati urinku bercampur dengan darah seperti haid. Padahal selama aku tidur celanaku bersih, tanpa flek. Segera kucari informasi seputar perdarahan pada kehamilan muda di internet. Kami mulai pasrah. Dokter menyarankanku untuk istirahat total 2 hari dan minum vitamin C. Semula perdarahanku hanya keluar bila aku pipis. Tengah hari setelah aku bangun tidur, kurasakan darah segar keluar saat aku tidur.

Kutelefon temanku yang pernah mengalami hal yang sama, dan dia mengaku biasanya kalau darah segar yang keluar, kandungan sudah gugur.

Kutelefon suamiku di kantor yang sedang sibuk menceritakan kegundahanku. Tak lama kemudian, ibu mertuaku menelefon. Semula masih begitu ceria, dia juga baru tahu aku hamil muda. Sesaat, tak kuasa kutahan isak tangisku, kuadukan kegundahanku padanya. Ia hanya menyuruhku untuk berdzikir dan tenang, sebelumnya kuputuskan untuk memintanya mengantarku ke dokter. Aku sungguh tak bisa tenang sama sekali. Mamaku belum apa yang terjadi, aku tak sanggup menelefonnya karena aku yakin tak akan mampu menjelaskannya tanpa rasa panik.

Sorenya, kedua mertuaku menjemputku untuk ke dokter. Menunggu lama di tempat prakter dr. Okky Sofyan di Kinara Clinic, akhirnya jam 7 kurang aku masuk ruangannya. Segera setelah di USG, terlihatlah kantung janinku sudah mendesak ingin keluar, posisinya sudah berpindah. Dokter masih member opsi untuk mempertahankan, namun resikonya adalah kehamilan anggur yang berbahaya bagi sang ibu dan beresiko tinggi bayi yang lahir tak sempurna.

Sungguh dokterku adalah seorang yang begitu religius. Melihat citra dari USG, dia berkata sepertinya Allah berkehendak lain. Biarlah rahim ibu mengandung benih yang sempurna, yang jauh lebih bagus dari ini. Saya sarankan ibu untuk ikhlaskan saja, nanti diganti dengan yang lebih baik, insya Allah.

Yaa Allah..

Yaa Mushawir..

Yaa Rohman..

Yaa Rahiim..

Engkau-lah yang Maha Membentuk. Maha Pengasih. Maha Penyayang. Engkau yang tahu sebaik-sebaiknya untukku dan bayiku kelak.

Dokter mengajakku untuk bersyukur bahwa Allah telah menunjukkan yang terbaik untukku di awal-awal kehamilanku. Dramatis. Baru kemarin dia menuliskan diagnosa di kwitansi pembayaran dengan “USG Hamil 4 Minggu”, mala mini tulisan yang tertera di kwitansi adalah “Abortus Sipien” atau kurang lebih berarti keguguran spontan.

Aku percaya, walaupun berat rasanya merelakan dokter untuk memberiku obat pembersih rahim (tanpa kuretase), namun inilah jalanku. Allah sudah sedemikian baiknya memberikan petunjuknya. Jauh sebelum itu, Allah sungguh sayang padaku dengan menghijab doaku untuk merasakan menjadi perempuan yang sesungguhnya, yang bisa hamil dan melahirkan anak yang sehat sempurna fisik, rohani, mental, dan jiwanya. Allah memberiku kesempatan untuk merasakan indahnya masa kehamilan, memberiku harapan bahwa aku juga bisa hamil seperti kodrat perempuan lain. Allah juga menghijab doaku sejak pertama aku merasakan diriku hamil, aku meminta kesempurnaan tumbuh kembang jabang bayiku kelak dan kehadirannya membawa kebahagiaan bagi kami dan seluas-luasnya umat. Ternyata mungkin nanti bayiku tak dapat menjadi seperti itu, maka Allah pun berkehendak lain.

Subhanallah..

Akhirnya kuberanikan diri juga memberi tahu kedua orang tuaku, setelah kuperoleh jawaban pasti akan masalahku ini. Malamnya, suamiku pulang begitu larut. Sebelum kami tidur, kuajak suamiku mengelus perutku untuk mengikhlaskan kepergianku calon bayi kami. Kuajaknya bicara, “Sayang, ayah dan bunda sangat sayaang sekali sama kamu. Kita berdua gak sabar rasanya pengen ketemu kamu. Tapi kamu tahu kan, kalau Allah jauh lebih menyayangi kita bertiga. Dia mau yang terbaik untuk kita, Sayang. Ayah dan bunda ikhlasin kamu pergi. Maafin bunda kalau selama ini belum bisa melindungimu dengan baik. Insya Allah, Allah akan menggantimu dengan yang jauh lebih baik.”

Kuputuskan untuk berduka selama dua hari ini saja. Aku tak mau larut dalam kesedihan. Allah menunjukkan kebesaran-Nya, seharusnya aku sebagai orang yang beriman berpikir dan kembali menjalani hidup dengan lebih baik. Sempat kemarin ketika hatiku was-was, kubuka Kitab Suci Al-Qur’an secara random, dan kudapati surat yang menjelaskan terjadinya manusia, bagaimana benih tertanam dalam rahim yang kokoh. Ah, rupanya Allah ingin memberiku semangat bahwa rahimku kokoh walau ternyata benihnya tidak sempurna. Bahwa ternyata ketakutanku selama ini untuk tidak dapat hamil ternyata salah. Aku merasakan tak terbatasnya kuasa-Nya. Memberikan disaat kami tidak terlalu mengharapkannya, dan mengambilnya disaat kami mulai sangat menyayanginya.

Allahu Akbar. .

Walau singkat, begitu kami syukuri titipan-Mu, ya Allah. Kami tidak berhak untuk berburuk sangka pada-Mu, karena kami ikhlas dan yakin, bahwa Kau sangat menyayangi kami dan hanya ingin kami selamat dunia dan akhirat. Kami sudah berjanji untuk menjalankan hidup dengan memperoleh ridho-Mu, ya Allah. Bila ini jalan yang Kau ridhoi, maka kami ikhlas menerimanya. Insya Allah, kami percaya Kau akan menggantinya dengan yang jauh lebih baik.

Pagi ini air mataku masih sering menetes tak terbendung. Suamiku memelukku erat sebelum dia pergi ke kantor. “Aku gak mau sendirian hari ini..aku mau ikut ke kantor..” rengekku. Dia berkata sesaat setelah sahabatnya meninggal, ustadz berkata bahwa kita yang ditinggalkan harus sabar. Yang meninggalkan hanya berpindah alam. Berkali-kali suamiku mengajakku untuk sabar. Insya Allah, aku ikhlas dan sabar menerima keputusan Allah ini.

Seperti pelajaran yang kupetik dari Tauziyah Ustadz Jeffry beberapa waktu lalu ketika berbicara mengenai kehilangan orang yang disayangi. Ia mengibaratkan orang terdekat kita adalah sepeda. Apabila ada tetangga kita hendak keluar kota dan menitipkan sepedanya sesaat, apakah pantas kita untuk marah atau protes bila sepedanya diambil kembali sekembalinya dari luar kota? Tentu tidak, karena sepeda itu bukannlah milik kita, itu hanya titipan sementara.

Rupanya tetanggaku hanya menitipkan sepedanya sebentar saja ke kami.

Alhamdulillah.